Selasa, 13 Desember 2011

Teori Belajar Bermakna dari David P Ausubel


Teori pembelajaran Ausubel merupakan salah satu dari sekian banyaknya teori pembelajaran yang menjadi dasar dalam mild learning. David Ausubel adalah seorang ahli psikologi pendidikan. Menurut Ausubel bahan subjek yang dipelajari siswa mestilah “bermakna” (meaningfull). Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat siswa.
Pembelajaran bermakna adalah suatu proses pembelajaran di mana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dimiliki seseorang yang sedang melalui pembelajaran.
Pembelajaran bermakna terjadi apabila siswa boleh menghubungkan fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan mereka. Artinya, bahan subjek itu mesti sesuai dengan keterampilan siswa dan mesti relevan dengan struktur kognitif yang dimiliki siswa. Oleh karena itu, subjek mesti dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah dimiliki para siswa, sehingga konsep-konsep baru tersebut benar-benar terserap olehnya. Dengan demikian, faktor intelektual-emosional siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran.

Cara Pembelajaran Bermakna dengan Menggunakan Peta Konsep :

1. Pilih suatu bacaan dari buku pelajaran
2. Tentukan konsep-konsep yang relevan
3. Urutkan konsep-konsep dari yang pale inklusif ke yang pale tidak inklusif atau contoh-contoh.
4. Susun konsep-konsep tersebut di atas kertas mulai dari konsep yang pale inklusif di puncak konsep ke konsep yang tidak inklusif di bawah.
5. Hubungkan konsep-konsep ini dengan kata-kata penghubung sehingga menjadi sebuah peta konsep.
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut Ausubel adalah struktur kognitif yang ada, stabilitas, dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu. Sifat-sifat struktur kognitif menentukan validitas dan kejelasan arti-arti yang timbul waktu informasi baru masuk ke dalam struktur kognitif itu; demikian pula sifat proses interaksi yang terjadi. Jika struktur kognitif itu stabil, dan diatur dengan baik, maka arti-arti yang sahih dan jelas atau tidak meragukan akan timbul dan cenderung bertahan. Tetapi sebaliknya jika struktur kognitif itu tidak stabil, meragukan, dan tidak teratur, maka struktur kognitif itu cenderung menghambat relajar.
Menurut Ausubel, seseorang belajar dengan mengasosiasikan fenomena baru ke dalam sekema yang telah ia punya. Dalam proses itu seseorang dapat memperkembangkan skema yang ada atau dapat mengubahnya. Dalam proses belajar ini siswa mengonstruksi apa yang ia pelajari sendiri.
Teori Belajar bermakna Ausuble ini sangat dekat dengan Konstruktivesme. Keduanya menekankan pentingnya pelajar mengasosiasikan pengalaman, fenomena, dan fakta-fakta baru kedalam sistem pengertian yang telah dipunyai. Keduanya menekankan pentingnya asimilasi pengalaman baru kedalam konsep atau pengertian yang sudah dipunyai siswa. Keduanya mengandaikan bahwa dalam proses belajar itu siswa aktif.
Ausubel berpendapat bahwa guru harus dapat mengembangkan potensi kognitif siswa melalui proses belajar yang bermakna. Sama seperti Bruner dan Gagne, Ausubel beranggapan bahwa aktivitas belajar siswa, terutama mereka yang berada di tingkat pendidikan dasar- akan bermanfaat kalau mereka banyak dilibatkan dalam kegiatan langsung. Namun untuk siswa pada tingkat pendidikan lebih tinggi, maka kegiatan langsung akan menyita banyak waktu. Untuk mereka, menurut Ausubel, lebih efektif kalau guru menggunakan penjelasan, peta konsep, demonstrasi, diagram, dan ilustrasi.
Inti dari teori belajar bermakna Ausubel adalah proses belajar akan mendatangkan hasil atau bermakna kalau guru dalam menyajikan materi pelajaran yang baru dapat menghubungkannya dengan konsep yang relevan yang sudah ada dalam struktur kognisi siswa.
Langkah-langkah yang biasanya dilakukan guru untuk menerapkan belajar bermakna Ausubel adalah sebagai berikut: Advance organizer, Progressive differensial, unifying reconciliation, dan consolidation.
Empat form belajar menurut Ausubel , yaitu:
1.      Belajar dengan penemuan yang bermakna yaitu mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan materi pelajaran yang dipelajari itu. Atau sebaliknya, siswa terlebih dahulu menmukan pengetahuannya dari apa yang ia pelajari kemudian pengetahuan baru tersebut ia kaitkan dengan pengetahuan yang sudah ada.
2.      Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna yaitu pelajaran yang dipelajari ditemukan sendiri oleh siswa tanpa mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya, kemudian dia hafalkan.
3.      Belajar menerima (ekspositori) yang bermakna yaitu materi pelajaran yang telah tersusun secara logis disampaikan kepada siswa sampai bentuk akhir, kemudian pengetahuan yang baru ia peroleh itu dikaitkan dengan pengetahuan lain yang telah dimiliki.
4.      Belajar menerima (ekspositori) yang tidak bermakna yaitu materi pelajaran yang telah tersusun secara logis disampaikan kepada siswa sampai bentuk akhir , kemudian pengetahuan yang baru ia peroleh itu dihafalkan tanpa mengaitkannya dengan pengetahuan lain yang telah ia miliki.


KOMPILASI TEORI BELAJAR
Belajar melalui instropeksi otak mns terdiri atas bagian-bagian yang memiliki tugas berbeda (Berpikir, meraba, fantasi, perasaan, kehendak) jiwa mns terdiri dari unsur-unsur tertentu dan unsur-unsur tersebut disebut dengan daya-daya jiwa. Orang akan dapat belajar jika mentalnya dilatih dengan keras terutama daya nalarnya dan selanjutnya belajar identik dengan mengasah otak.
Anak pada waktu dilahirkan adalah baik, jika anak itu menjadi rusak itu karena pengaruh dari lingkungan disekitar anak tersebut. Karena pada masa itu dignified manusia pada turn yang terpuruk.
Belajar : Biarlah anak tumbuh kembang secara alamiah, jangan diapa- apakan, leisure to learn : biarlah anak belajar dengan bebas karena orang dapat mengaktualisasi dirinya jika orang tersebut tidak diganggu.
Otak manusia seperti wadah yang siap mengkopi (Diisi) dengan apa saja dan pengetahuan yang telah masuk tersebut disebut Apersepsi Teori tabularasa / Empirisme oleh Jhon Lock “ Anak bagaikan kertas kosong yang siap ditulis oleh pendidik dan lingkungan yang mempunyai pengaruh terhadap anak itu nantinya”.

TEORI PEMBELAJARAN DAVID AUSUBEL
Spam or junk
Porn adult content
Hateful or offensive
If we are a copyright owners of this request and wish to news it, greatfully follow these directions to contention a copyright transgression notice.
Report Cancel
TEORI PEMBELAJARAN KOGNITIF: TEORI PEMBELAJARAN DAVID AUSUBEL
Teori Belajar Gagne dan Ausubel Widyastuti Akhmadan Komunitas Blogger Unsri
Kategori: Pendidikan
Diposting oleh widyastuti pada Minggu, 22 Agustus 2010
3632 Dibaca 2 Komentar
 1.      TEORI HIERARKI BELAJAR DARI ROBERT M. GAGNE
             Menurut teori Gagne, cara untuk menentukan prasyarat untuk suatu tujuan belajar adalah melakukan hierarki belajar. Sebuah hierarki belajar dibangun dengan bekerja mundur dari tujuan pembelajaran akhir. Dan kemampuan akhir yang dimiliki oleh siswa setelah belajar disebut kapabilitas. Gagne membagi membagi hasil belajar menjadi lima kategori kapabilitas:
a.        informasi verbal, merupakan kemampuan untuk mengkomunikasikan secara lisan pengetahuannya tentang fakta-fakta yang diperoleh secara lisan, membaca buku dan sebagainya.
b.       keterampilan intelektual, merupakan kemampuan untuk dapat membedakan, menguasai konsep, aturan, dan memecahkan masalah. Kemampuan tersebut diperoleh melalui belajar. Kapabilitas keterampilan intelektual menurut Gagne dikelompokkan dalam 8 tipe belajar, yaitu
·        belajar isyarat, adalah belajar yang tanpa kesengajaan, timbul akibat suatu impulse sehingga menimbulkan suatu respon emosional pada individu yang bersangkutan.
·        belajar impulse respon, adalah belajar untuk merespon suatu isyarat
·        belajar rangkaian gerak, merupakan perbuatan jasmaniah terurut dari dua kegiatan atau lebih impulse respon
·        belajar rangkaian verbal, merupakan perbuatan lisan terurut dari dua kegiatan atau lebih impulse respon
·        belajar memperbedakan, adalah belajar membedakan hubungan impulse respon sehingga bisa memahami bermacam-macam objek fisik dan konsep dalam merespon lingkungannya
·        belajar pembentukan konsep, adalah belajar mengenal sifat bersama dari benda konkret
·        belajar pembentukan aturan, adalah belajar menghubungkan dua konsep atau lebih untuk mendapatkan suatu aturan
·        dan belajar pemecahan masalah, belajar membuat formulasi penyelesaian masalah dari aturan yang telah dipelajari
Tipe belajar tersebut terurut kesukarannya dari yang pale sederhana sampai kepada yang pale kompleks.
c.        Sikap, adalah kecenderungan untuk merespon secara tepat terhadap impulse atas dasar penilaian terhadap impulse tersebut
d.       Keterampilan motorik, adalah kemampuan yang dapat dilihat dari segi kecepatan, ketepatan, dan kelancaran gerakan otot-otot serta anggota badan.

2.      TEORI BELAJAR BERMAKNA DARI DAVID P. AUSEBEL
            Belajar bermakna merupakan suatu proses yang dikaitkan dengan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Faktor yang pale penting yang mempengaruhi belajar adalah apa yang telah diketahui siswa. Agar terjadi belajar yang bermakna, konsep baru harus dikaitkan dengan konsep yang sudah ada dalam struktur kognitif siswa.
            Pengetahuan tidak dapat ditularkan oleh guru, melainkan siswa membangun pengetahuan mereka ketika mencoba memahami pengalaman mereka didasarkan pada pengetahuan yang telah ada. Selain itu, sumber belajar harus otentik dan dapat ditemukan dalam situasi dunia nyata.
            Menurut Ausubel belajar dapat diklasifikasikan kedalam dua dimensi. Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran itu disajikan kepada siswa melalui penerimaan atau penemuan. Selanjutnya dimensi kedua menyangkut bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada. Jika siswa hanya mencoba menghafalkan informasi baru itu tanpa menghubungkan dengan struktur kognitifnya, maka terjadilah belajar dengan hafalan. Sebaliknya jika siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi baru itu dengan struktur kognitifnya maka yang terjadi adalah belajar bermakna.
            Kondisi-kondisi belajar bermakna sebagai berikut :
1.      Menjelaskan hubungan atau relevansi bahan-bahan baru dengan bahan-bahan lama.
2.      Lebih dahulu diberikan ide yang pale umum dan kemudian hal- hal yang lebih terperinci.
3.      Menunjukkan persamaan dan perbedaan antara bahan baru dengan bahan lama.
4.      Mengusahakan agar ide yang telah ada dikuasai sepenuhnya sebelum ide yang baru disajikan. 
Selanjutnya dikatakan suatu pembelajaran dikatakan bermakna jika memenuhi prasyarat, yaitu:
a.  Materi yang akan dipelajari bermakna secara potensial. Materi dikatakan bermakna secara potensial jika materi itu mempunyai kebermaknaan secara logis dan gagasan yang relevan harus terdapat dalam struktur kognitif siswa.
b.  Anak yang akan belajar harus bertujuan melaksanakan belajar bermakna sehingga anak tersebut mempunyai kesiapan dan niat dalam belajar bermakna.
      Langkah – langkah belajar bermakna Ausubel adalah :
1.      Pengatur awal (advance organizer)
Pengatur awal dapat digunakan untuk membantu mengaitkan konsep yang lama dengan konsep yang baru yang lebih tinggi maknanya.
2.      Diferensiasi Progregsif
Dalam pembelajaran bermakna perlu ada pengembangan dan kolaborasi konsep- konsep. Caranya uncertain yang inklusif diperkenalkan terlebih dahulu kemudian baru lebih mendetail.
Menurut Ausebel,  ada tiga kebaikan dari belajar bermakna yaitu :
a.            Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama dapat diingat, 
b.           Informasi yang dipelajari secara bermakna memudahkan proses belajar berikutnya untuk materi pelajaran yang mirip
c.            Informasi yang dipelajari secara bermakna mempermudah belajar hal-hal yang mirip walaupun telah terjadi lupa.

Referensi:
Aisyah, Nyimas dkk. 2007. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional
NN. 1999. Desain Instruksional Teori Gagne diakses dari http://inst.usu.edu/mimi/courses/6260/gagne.html&anno=2 tanggal 27 Februari 2010
NN. 2009. Teori Belajar Bermakna Ausebel diakses dari http://id.shvoong.com/exact-sciences/1959737-teori-belajar-ausubel/ tanggal 27 Februari 2010
Trianto, 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana